Ketua DPR Papua, Yunus Wonda |
Menurutnya, pernyataan yang menyatakan aparat harus bersikap profesional dalam menghadapi berbagai masalah di masyarakat bukanlah suatu pernyataan yang bersifat provokasi.
“Dalam statemen saya tidak ada provokasi tapi memberikan catatan agar aparat keamanan lebih profesional di Papua, kenapa kita tidak bisa minta maaf kepada rakyat atas peristiwa itu. Tapi seakan-akan kita menganggap penembakan hal biasa”, ungkapnya kepada media di kantor DPR Papua, Kamis (18/12/2014).
Diakui Yunus, sebagai wakil rakyat sudah menjadi tugasnya melindungi rakyat.
“Saya tak punya senjata tapi saya punya mulut untuk bicara. Sekarang bukan jaman Orde Baru lagi. Jangan sedikit bicara, langsung mau dibungkam. Ini menyangkut nyawa manusia orang asli Papua. Saya tak akan pernah berhenti melindungi rakyat saya. Saya tidak gentar. Saya dipilih rakyat untuk kepentingan rakyat dan melindungi mereka. Saya hanya takut Tuhan,” tegasnya.
Sebagai wakil rakyat dan juga warga sipil, lanjut Yunus, tidak ada yang kebal hukum. Saat ini dirinya berbicara atas nama lembaga DPRP. Dalam tiga sumpah janjinya, tidak hanya berjanji kepada bangsa dan negara tapi juga berjanji untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Bukan hanya menyangkut kesejahteraan dan ekonomi tapi lebih bagaimana melindungi hak-hak mereka.
“Mengenai persitiwa Paniai, tugas saya di DPRP Papua. karena saya punya kewajiban melindungi rakyat saya di tanah ini terutama orang asli Papua dimanapun berada. Saya akan terus bicara melindungi rakyat saya terutama anak-anak asli Papua. saya tidak akan pernah takut dengan apapun. Saya dipecayakan rakyat untuk melindungi mereka,” tegasnya lagi.
Ia menambahkan, apapun alasannya bagi Orang Asli Papua (OAP), kini sedang jadi minoritas. Jadi jangan lagi ada pertumpahan darah.
“Jumlah OAP sudah sedikit jadi hentikan pertumpahan darah dan air mata. Saya akan terus berbicara untuk rakyat,”tandasnya.
Sebelumnya, Kapolda Yotje Mende di media lokal memberikan pernyataan akan menggugat Ketua DPRP, Yunus Wonda karena dianggap telah memprovokasi masyarakat melalui pernyataan – pernyataannya di media yang terkesan menyudutkan aparat kepolisian dan TNI.
Padahal berdasarkan hasil penyelidikan Pus Labfor Mabes Polri tidak ditemukan adanya keterlibatan aparat kepolisian dalam kasus penembakan yang terjadi di Enarotali Kabupaten Paniai yang menewaskan 5 orang warga sipil, dan 7 lainnya luka luka. Penembakan terjadi 8 Desember 21014 lalu.
0 komentar:
Posting Komentar