Loading...
Kamis, 24 Juli 2014

Presiden Terpilih Jangan Lagi Sengsarakan Rakyat Papua

Socrates Yoman
JAYAPURA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat melalui rapat terbuka penetapan prolehan suara Pemilihan Presiden/ Wakil Prsiden RI tahun 2014, akhrinya menetapkan pasangan nomor urut 2 Jokowi- Jusuf Kalla sebagai presiden RI untuk periode 2014-2019.
 Terkait dengan itu, Ketua Umum Badan Pusat Pelayanan Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua (BPP PGBP), Socratez Sofyan Yoman, MA., mengaku tidak terlalu terpengaruh dengan  penetapan presiden tersebut. Sebab bagi Socrates siapapun yang terpilih tidak akan bisa menyelesaikan masalah Papua.
Socratez mengatakan, sebelum Pemilu Presiden/Wakil Presiden RI dirinya sudah memprediksikan bahwa Calon Presiden Wakil Presiden terpilih akan menang 50 persen lebih perolehan suaranya.
Namun, ia mengatakan siapun Presiden/Wakil Presiden RI terpilih, pada prinsipnya tidak akan membangunan dan menyelesaikan persoalan Papua.
Menurutnya, entah Prabowo atau Jokowi sama-sama memiliki rekam jejak yang buruk. Kalau Prabowo semua sudah tahu karena banyak melakukan pelanggaran HAM di Papua, sedangkan untuk Jokowi, ia tidak sendiri, sebab jelas di belakang Jokowi ada banyak orang yang memiliki rekam jejak juga yang buruk, sebut saja Megawati Soekarno Putri yang pernah selama menjadi Presiden RI memerintahkan untuk membunuh Theys Hiyo Eluay dan menghilangkan Aristoteles Masoka.



  Untuk itulah sebaiknya rakyat Papua harus berpikir untuk membangun diri sendiri dan menjadi diri sendiri. Lebih baik jangan mengharapkan orang lain, yakni Pemerintah Indonesia, karena jelas rakyat Papua dipaksakan menjadi orang Indonesia.
  “Secara etnis, ras dan geografis antara Pulau Jawa dan Papua sudah sangat beda jauh. Saya sendiri tidak memilih saat mencoblos, karena saya tidak mau berikan legitimasi bagi seorang Presiden yang tidak menyelesaikan masalah Papua,” ungkapnya kepada Bintang Papua di kediamannya, Selasa, (22/7).
  Soal Bahasa Indonesia yang sudah diketahui oleh rakyat Indonesia itu bukan sebuah indikator, karena Bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi bagi orang Papua untuk saling berinteraksi membahas persoalan diantara mereka di Papua, karena sebagaimana Papua memiliki 250 suku yang berbeda-beda bahasanya. Jadi disini Indonesia hanya berhasil mengajarkan Bahasa Indonesia bagi rakyat Papua, sementara pembangunan disisi lain tidak terlalu signifikan. Ini rakyat Papua berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia karena sudah mengajarkan Bahasa Indonesia.
Jika rakyat Papua mengharapkan Jokowi terpilih dan menyelesaikan masalah Papua, atau Jusuf Kalla(JK)? Namun JK orangnya hanya mau menyederhanakan masalah. Karena JK wataknya seorang pembisnis, bukan seorang negarawan. Masalah Papua yang sangat substansi, yakni masalah politik, masalah pelanggaran HAM, masalah kegagalan pembangunan, itu jelas JK akan merangkum semuanya dalam satu kata yaitu masalah kesejahteraan, karena JK memandang dari sisi bisnismen.
  “Siapapun Presiden RI itu kami pesimis sekali, karena orang-orangnya sudah kami tahu, kecuali orang-orang baru. Jadi yang kalah atau menang sama-sama punya rekam jejak yang buruk. Megawati Soekarno Putri akan secara kuat mempengaruhi Jokowi-JK, maka orang asli Papua harus berpikirlah,” tandasnya.
  Ditegaskannya, orang Papua berpikir untuk membangun diri sendiri, bukan berarti dalam artian bahwa orang Papua mengisolasikan diri, karena pada dasarnya kita semua membutuhkan solidaritas, butuh kawan, butuh teman dan sahabat serta butuh kehidupan sosial.
  Tapi pada pada intinya kita berinteraksi dengan komunitas sosial yang lebih luas, tetapi jangan lupa membangun jati diri diatas kaki sendiri dan jangan terbawa dengan nasionalisme dan budaya orang lain atau sejarah orang lain. Karena sangat berbahaya jika sejarah, budaya, bahasa, identitas kita dan nasionalisme itu hilang, sebab itu nantinya dengan mudah dikendalikan oleh orang lain.
“Kita harus membangun diri kita sendiri, meski kita butuh dukungan solidaritas kepada siapa saja yang punya hati nurani yang tulus (hati kemanusian), karena sejak dulu masalah Papua semakin meningkat. Contoh saja perjuangan-perjuangan Papua adalah perjuangan OPM, namun aparat TNI/Polri menyatakan itu kelompok kriminal, jelas itu sangat merendahkan,” bebernya.
  Dirinya mengharapkan Presiden Terpilih hendaknya menjadikan Indonesia jauh lebih baik dari sekarang, bukan menyengsarakan rakyat Indonesia khususnya rakyat Papua lewat kaki tangannya TNI/Polri.
Dirinya sangat sayangkan sikap Presiden SBY yang hanya janji dan janji untuk menyelesaikan masalah Papua dan meninggalkan beban yang berat bagi Presiden dan Wakil Presiden Terpilih, apalagi persoalan Papua kini sudah menyebar kemana-mana dan menjadi masalah serius dunia internasional, maka masalah Papua hanya bisa diselesaikan dengan Dialog Jakarta-Papua dengan difasilitasi pihak ketiga di tempat yang netral.(Nls/don)


Sumber :  http://bintangpapua.com/

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP