Setelah 50 tahun lebih berjuang untuk kemerdekaan Papua Barat,
tersisalah kita yang tak lebih dari 2 juta orang asli Papua (OAP) ini
pada puing-puing kehancuran bangsa. Akibat-akibat penjajahan sudah
semakin jelas terlihat. Kita minoritas di atas tanah air sendiri. Alam
Papua milik kita dieksploitasi dan mereka biarkan kita miskin.
Pembunuhan di mana-mana.
Bangsa kita disiapkan untuk digelindingkan di jurang kematian dan kemusnahan bangsa. Bangsa kita ingin dibuat tinggal nama.
Ironis,
memang. Bangsa besar dengan lebih dari 250 suku bangsa mampunya
merayap, tak mampu lagi bangkit. Dalam 50 tahun masa berjuang, bangsa
kita masih terus meratap. Kita kini di bibir kehancuran. Kapan berhenti
meratap? Kapan deklarasi masa jaya berjuang?
Dunia saat ini
bertanya pada tangis rakyat kita, "Rakyat Papua, dimana pemuda Papua
yang kau lahirkan? Kemana sarjana Papua yang kau susui? Kemana doktor
dan magister, putera-puteri terbaik tanah Papua yang terjarah yang kau
besarkan? Kapankah mereka kan berjuang membebaskanmu?"
Memang
miris nasib bangsa kita. Kita putera Papua seperti memilih terus
diperhamba Indonesia dengan terus jadi kaki tangan mereka, PNS. Dengan
menghambakan tenaga, daya upaya, dan pikiran kita demi gaji dan jabatan
yang malah membuat derita rakyat kita semakin berat.
Generasi
kita benar-benar telah menjadi generasi durhaka! Generasi kita saat ini
lari dari tanggungjawab kita menciptakan hidup bangsa kita jadi bebas
dan merdeka. Maka ini saatnya kita tunduk merenung jalan panjang hidup
kita dalam irama perjuangan bangsa ini.
Siapa diriku, engkau,
kita? Mari pikir dan tanyai dirimu masing-masing saat ini. Saya adalah
anak bangsa Papua Barat. Saya adalah anak bangsa terjajah. Dapatkah kita
berpikir demikian?
Bagaimana realitas hidupku saat ini? Aku
hidup dalam penjajahan. Siapa yang menjajahku? Negara Indonesia.
Kapitalisme dan wujud jelmaannya, imperialisme. Militer Indonesia adalah
anjing penjaga mereka. Koalisi mereka menjajahku.
Apa yang harus
kubuat? Dengar dengan telinga hatimu, orang-orang tua bangsa kita saat
ini meratap di gubuk-gubuk derita di pinggir-pinggir tebing. Di
belantara dan pinggiran tepian pantailah jeritan pilu mereka terdengar.
Mereka berteriak menangis, "Anakku, anakku, kemanakah dikau?
Lihatlah, mereka merampok semua hartaku. Mereka mempermalukan aku dan
membuatku tak punya apa-apa di atas timbunan hartaku. Dimana kau,
anakku...?"
Aku merasa menjadi anak Papua durhaka! Aku malu
kepada dunia. Generasi kita harus malu kepada waktu yang mencatat setiap
sikap ego, cengeng, takut dan sikap menjilat penjajah yang kita
tontonkan tiap waktu. Tak malukah kita?
Kita generasi ini ada
dalam dunia gemar pendidikan. Saya menempuh pendidikan. Melalui
pendidikan, Aku tahu kondisi bangsaku. Dapatkah kita sadar, kita
dijajah?
Inilah yang mesti jadi tujuan pokok generasi kita dari
Bangsa Papua dalam menempuh pendidikan, dari PAUD hingga Perguruan
Tinggi. Kau dan aku belajar bukan untuk Ijazah. Kau dan aku belajar
sekali-kali bukan untuk jabatan. Kita anak bangsa Papua Belajar untuk
Papua Merdeka!.
Tujuan belajar kita tidak sama dengan tujuan
belajar orang Jawa, orang Makassar, orang Sumatera, dan orang-orang lain
di dunia. Kita generasi muda Papua belajar untuk mengasah hati, otak,
otot, berusaha memampukan diri untuk dapat berkontribusi penuh demi
cepat tercapainya kemerdekaan Bangsa Papua.
Ingat ini: pikiran
yang melebihi binatang melata paling menjijikkan di dunia adalah pikiran
milik setiap generasi muda orang Papua yang pikir, ia belajar untuk
hidup baik, dapat jabatan dan gaji, bahagiakan orang tua, menikah dengan
istri cantik asal Melayu, punya anak, tanpa mematok visi hidup bahwa
dirinya belajar untuk wujudkan kemerdekaan Papua. Terkutuklah kau yang
bermimpi hidup enak dan bahagia saat ini!
Ketahuilah ini dan
simpan dalam relung hatimu yang paling dalam. Kita generasi penggenap
kemerdekaan. Kita generasi penanggung derita di jalan panjang
perjuangan. Kebahagiaan adalah milik cucu-cicit kita. Tugas kita adalah
menghadirkan kemerdekaan Bangsa Papua.
Langkah pertama,
selaraskan tujuan hidupmu saat ini: hidup dan berdaya-upayalah untuk
Papua Merdeka. Patok target, agar generasi penerus tak harus menderita
dan diperhamba Indonesia dan antek-anteknya seperti kita saat ini.
Apa
pun jabatan anda, hai orang asli Papua: bupati, gubernur, DPR, MRP,
DPD, menteri, kepala distrik, pendulang emas, pekerja borongan, tukang
listrik, pekerja bengkel, pengemudi, tukang becak, sopir taksi, pemain
sepakbola, petinju, nelayan, petani, guru, PNS, sadar bahwa tujuan kita
bersama sebangsa adalah Papua Merdeka. Maka kita bekerja saling
mendukung mewujudkannya.
Secara konsisten, dukunglah gerakan
perjuangan Papua Merdeka. Semampumu. Sekuat tenaga dan daya yang kau
miliki. Sisakan sekerat ubi dan sagu sepotong dan sumbangkan untuk
laskar gerilya di belantara Papua. Bahkan hingga darah dan nyawa
sekalipun, mari korbankan.
Kau sipir penjara, jadilah penghubung
para Tapol Papua dengan organisasi di luar. Kau Polisi, tugasmu mencari
tahu dan memberi tahu setiap rencana iblis penjajah mematikan gerakan
suci kita menuju kemerdekaan Papua.
Kau tentara Indonesia yang
asli Papua, siap sedialah! Ada saatnya kau dibutuhkan untuk membunuh
setiap penghisap tanah air Papua Barat.
Kau dosen dan pengajar,
ini tugasmu: beri pendidikan kesadaran kepada siswa dan mahasiswa asli
Papua. Beritahu dengan tegas dan lantang bahwa sesungguhnya Papua telah
merdeka 1 Desember 1961. Beritahu tanpa takut akan hal ini, bahwa
Indonesia, Kapitalisme dan Imperialisme global adalah penjajah tanah air
Papua.
Umumkan dan kobarkan semangat pada anak bangsa Papua:
tugas sucinya adalah berjuang hingga Papua Merdeka. Tanamkan di hati
insan muda Papua, bahwa mati demi tanah air Papua adalah lebih mulia
daripada mati dalam seteru jabatan, wanita, uang dan kekayaan.
Sematkan tangisan harapan akan kemerdekaan di setiap nurani anak bangsa Papua! Itu tugas muliamu, guru-guru Papua.
Kau
sarjana muda teknik mesin, elektro, listrik dan mekanik, jangan biarkan
penjajah menculik kau dengan jadi PNS. Ingat, kau adalah sarjana teknik
milik tanah Papua, bukan milik Indonesia.
Keahlianmu terlalu
murah untuk sekedar dihargai dengan gaji dan bonus. Persembahkan
keahlianmu dengan tulus bagi tegaknya kemerdekaan bangsa kita Papua
Barat. Itu lebih mulia daripada menjadi perpanjangan tangan penjajah.
Inilah tugasmu: Tugasmu; merakit senjata, membuat radio penghubung antar
kantong-kantong pertanahan laskar Papua, dan masih banyak hal yang
dapat kau kerjakan.
Kau yang sarjana kimia, rakitlah bom.
Hancurkan setiap perusahaan penjajah. Bebaskan bumi Papua yang semakin
kerempeng karena dihisap kaum kapitalis. Keahlianmu jangan kau jual
murah kepada penjajah dengan imbalan gaji yang tak berarti apa-apa
daripada menyumbangkan sesuatu bagi bangunan negara Papua Barat ini.
Kau
sarjana perkapalan, penerbangan, kedokteran, insinyur pertambangan,
sarjana geologi, tugasmu bukan untuk menjilat pantat penjajah dengan
kerja jadi PNS! Dengar, kau jangan bodoh dengan merendahkan martabatmu
diperingah, bekerja di bawah perintah penjajah. Dengar, tanah Papua
dengan mata berlinang memanggilmu! Segera penuhi panggilan tanah air,
bebaskan tanah air Papua. Itulah tugasmu sesungguhnya; yang membuat
keahlianmu dikenang seumur hidup bangun negara kita.
Kau yang
dokter, jadilah penyembuh korban pertempuran. Tugasmu bukan di rumah
sakit dengan bangku dan fasilitas empuk, tetapi di markas Tentara
Pembebasan Papua, mengobati mereka yang luka. Itu lebih dibutuhkan pada
zaman pergerakan ini daripada di rumah sakit. Jangan beri ruang penjajah
menipumu dengan gaji murahan di bawah kendali mereka agar kualitas
otakmu mati sia-sia dan tak berguna bagi perjuangan.
Kau sarjana
ekonomi, tugasmu adalah mengatur uang rakyat untuk membiayai perang
kemerdekaan menuju Papua merdeka! Tugasmu adalah mengumpulkan uang
rakyat. Mengelolanya untuk biaya diplomasi, biaya perang, biaya makan
minum pejuang dan laskar rakyat!
Kau sopir-sopir taksi,
kondektur, buruh kasar dan buruh tani. Juga nelayan di pantai-pantai
Papua, Sampai kapan kau ingin menderita? Ini saatmu bersaksi dengan
lantang melalui tindakan. Sisi logistik dan akomodasi adalah
tanggungjawabmu.
Kau anak bangsa yang saat ini jadi Barisan Merah
Putih, intel, mata-mata, terus bekerja. Kami tahu, nuranimu kadang
berteriak Papua Merdeka. Sabarlah! Akan ada saatnya sangkur dan pistolmu
yang menghamburkan lendir putih cairan otak setiap penjajah yang
berpikir layaknya iblis. Jelmakan dan buktikan, bahwa kau masih
merupakan anak bangsa yang muak pada penjajahan!
Wahai laskar
rakyat, alas jasadmu dan biarkan mayat kita membusuk, menyatu dengan
tanah air kita tercinta. Darah dan tulang belulang kita akan jadi dasar
kokoh gerakan perjuangan kemerdekaan Papua. Keseriusan dan
keikutsertaanmu akan membuat barisan perlawanan kuat.
Tugasmu
adalah berjuang agar anakmu tak lagi jadi sepertimu. Bukankah lebih
terhormat bagimu, bila anakmu dengan bangga bercerita kelak, ia
menikmati hidup baik yang kau pupuk dengan darah dan keringatmu hari
ini?
Kau mahasiswa, jangan pikiranmu kerdil. Lihatlah penjajah
laknat ini. Ia gunakan beragam cara mendekatimu untuk menghancurkan
pikiran, mental dan emosimu. Mengapa? Karena kau berpotensi besar
mengusir penjajah. Sadarlah, hanya kau yang kami harap.
Penjajah
takut kau berpendidikan. Mereka stigma mahasiswa Papua bodoh, kacangan,
gadungan, tukang mabuk. Benarkah itu? Tidak. Mereka takut padamu. Mereka
iri statusmu: mahasiswa!
Kau mahasiswa Papua adalah nadi gerakan
rakyat Papua menuju pembebasan. Dengar tangis pilu tanah air yang
memanggilmu memanggul senjata, menjadi pimpinan-pimpinan kerumunan
buruh, memimpin gerombolan milisi kota, menjadi orator ulung di
jalan-jalan di penjuru tanah air.
Jadilah kau otak-otak pengatur
strategi dan taktik di setiap pelosok. Gunakan otakmu untuk pelawan
penjajah, dan bukan untuk balik membuat kuat penjajah dengan
menghambakan diri jadi PNS.
Maka, syaratnya bagimu mahasiswa
Papua adalah menjadi lebih pintar setingkat di atas yang pintar di tanah
Melayu. Kau harus lebih licik dari mahasiswa setingkatmu yang licik.
Kau harus cerdik dari kerabat Melayumu yang cerdik. Ini karena kau akan
jadi pemimpin perjuangan di tanah air Papua. Teruslah belajar dan
mengasah otak, hati dan otot. Jadilah bibit unggul, dan buat bibit-bibit
di Papua unggul dengan transfer ilmu praktismu.
Mahasiswa Papua,
jangan sekali-kali kau lengah! Tolak tawaran tolol penjajah jadi kaki
tangannya. Tampeleng dan usir jauh-jauh wajah kenikmatan yang ditawarkan
dunia dan penjajah. Kau bukan generasi penikmat. Anak dan cucumu kelak
yang akan menikmati kemerdekaan. Kau adalah generasi penegak
puing-puing kemerdekaan bangsa Papua yang telah hancur ini.
Maka,
marilah bersatu dalam satu barisan panjang pergerakan orang Papua
menuju kebebasan. Usir setiap manusia berhati jahat, yang ingin
menguasai. Negara Indonesia adalah penjajah. Maka, setiap bentuk
pemberian dan hadiah dari penjajah adalah kesia-siaan saja bagi
pencapaian tujuan mulia kita.
Kuperingatkan kau sekali lagi, anak
bangsa Papua, Jangan terkecoh. Penjajah itu iblis. Dan ketahuilah,
mereka punya seribu satu cara untuk membuat kita berketuk lutut dan
menyerah dijajah. Tetap fokus pada perjuangan pembebasan tanah air
Papua!
Marilah kita bernyanyi bersama nyanyian pembebasan kita:
Hai Tanahku Papua. Jangan gentar. Jangan mundur. Buang rasa takutmu.
Tanggalkan ragumu. Kau tidak sendiri. Semua orang asli Papua yang
jumlahnya tak lebih dari 2 juta orang itu bersatu padu jadi satu
kekuatan. Ingat, kita satu bangsa!
Sekarang saatnya. Bila esok,
kita terlambat. Ambil posisi anda masing-masing. Ingat! Serasikan tujuan
hidup masing-masing individu untuk mendorong dan mempercepat pencapaian
tujuan bersama orang Papua untuk Papua Barat merdeka.
Ibu, walau
gurita kapitalis imperialis menjepitmu kuat. Walau penjajah laknat yang
namanya Indonesia itu menggerogoti tubuhmu dengan bibir penuh nafsu.
Bersabarlah. Ada aku anakmu! Aku akan jadi gerilyawan. Diplomat. Dokter.
Doktor. Paramedis. Orator. Agitator. Ahli strategi. Pemimpin
pembebasan. Penggerak rakyat.
Kita akan usir penjajah Indonesia
dari Papua. Mari kita alas jalan panjang bangsa Papua ini dengan tetesan
keringat, darah dan tulang belulang kita. Tak ada yang gratis. Mari
berkorban dan berjuang, untuk bahagianya penerus kita.
Kelak,
puluhan tahun nanti, cucu-cicit kita dengan bangga akan mengumumkan
kepada dunia tentang kehebatan kita mengusir Indonesia dari bumi Papua.
Cerita penegakan tiang kemerdekaan bangsa kita dari sisa-sisa
kehancuran dengan keringat dan darah akan jadi alasan mutlak
bangsa-bangsa di dunia menghormati negara kita.
Kita generasi penentu. Kita harus mengakhiri jalan panjang derita akibat penjajahan ini!
*Patrick Yakobus adalah aktivis Papua.
SUMBER : http://majalahselangkah.com/content/tugasmu-oap-berjuang-hingga-papua-merdeka-
Rabu, 05 November 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar